Mengapa Kita Mempercayai Keandalan Perjanjian Baru

- Keandalan Tekstual Mushaf Kitab Suci Injil/Perjanjian Baru

Beberapa orang meragukan keakuratan substansial penyampaian dokumen-dokumen Perjanjian Baru (Kitab Suci Injil ) setelah yang pertama kali dituliskan. Sejumlah orang mengatakan, "Kami percaya kepada teks Injil yang asli, tapi kaum Kristen di abad selanjutnya mengubah naskah hingga tak lagi dapat dipercaya !" atau yang lebih polos, "Apakah Kitab Suci Injil yang kita miliki sekarang secara substansial sama sebagaimana yang di abad pertama?" Tentu saja, para saudara Muslim kita sendiri membenarkan bahwa dokumen-dokumen Kitab Suci Injil telah diubah secara substansial selama penyebarannya, namun sebagaimana kita akan lihat, terdapat bukti yang berlimpah yang membuktikan pernyataan-pernyataan tersebut amat keliru.

Bukankah iman kita saja cukup...
Tak seharusnya kita membiarkan hal-hal semacam itu
menghindarkan kita dari mengenali pribadi Isa AlMasih ?

Keandalan atau pun kewibawaan teks Kitab Suci Injil adalah suatu prasyarat mutlak bagi pengakuan akan kesejarahan Kitab Suci Injil - karena tentu saja, bagaimana seseorang dapat percaya bahwa sejarah itu benar kecuali teks mushafnya adalah benar ? Ketika orang membaca Kitab Suci Injil, sulit untuk melewatkan kenyataan bahwa Kitab Suci Injil memang memberikan penegasan terhadap kejadian-kejadian bersejarah tanpa dapat dihindarkan, pada akhirnya, pertanyaan "Apakah bagian-bagian yang berhubungan dengan sejarahnya itu nyata sebagai hakekat sejarah?" memang muncul. Betapapun, orang tak dapat menghindari kenyataan bahwa Kitab Injil benar bermaksud untuk melukiskan gambaran Yesus atau pun Al-Masih Isa itu berdasarkan kepada fakta-fakta sejarah. Namun sebelum kita dapat mendiskusikan kesejarahannya, kita harus berhadapan dengan isu keandalan naskah dan mashaf Kitab Suci Injil .

Pada pokoknya, tak terdapat autograp (biasanya diartikan sebagai suatu naskah asli atau manuskrip pengarang) Kitab Suci Injil yang diketahui masih ada.[1] [Sama juga seperti tidak terdapatnya autograp Qur’an yang masih tersisa karena Al-Bukhari mencatat bahwa kalifah Uthman telah menghancurkan naskah-naskah kuno asli ke dalam api unggun.] Apa yang kita memang miliki adalah salinan-salinan sohih Kitab Suci Injil , baik dalam kitab utuh maupun fragmen-fragmennya. Masuki bidang pembahasan tekstual yang disebut juga "kritikan halus dan rinci" yang berkaitan dengan bentuk atau naskah serta mashaf Alkitab dan usaha-usaha untuk mengembalikan bacaan-bacaan paling tepat mashaf asli yakni autograp.[2] Banyak contoh dari analisa rinci dan halus yang memungkinkan untuk diamati dalam sejarah penyampaian naskah Alkitab, ini yang harus kita perhatikan.

Dalam hal ini, bukti cukup jelas, dan ada banyak - statistik yang kerap diberitakan mengenai lebih 24,000+ salinan Kitab Suci Injil atau nukilannya (dalam bentuk kitab utuh atau fragmen) dikenal baik. Jadi apakah persoalan pokok dari semua ini?

Apakah kupasan/analisa terhadap mashaf Kitab Suci Injil
berbeda dari kupasan tekstual naskah-naskah Sastera sekular ?

Secara prinsip, sama sekali tidak.[3] Suatu diskusi yang mempertanyakan keandalan tekstual tidak harus dimulai dengan diskusi tentang mungkin tidaknya Kitab Suci Injil merupakan "naskah/mashaf kudus" atau "tidak bercela." Kita, mulai sekarang, hanya mempedulikan bukti-bukti manuskrip dari Kitab Suci Injil .

Bagaimana para cendekiawan dan pakar-pakar mashaf melaksanakan tugas sulit penyusunan kembali Teks Perjanjian Baru Yakni Kitab Suci Injil ?

Petunjuk yang ada bagi kritik tekstual ada dua: eksternal dan internal (yang di luar dan yang dalaman). Drs.Gleason Archer telah menyusun faktor-faktor petunjuk eksternal dan internal ke dalam tujuh peraturan atau kanon berikut ini dan secara hati-hati menyarankan bahwa, bila terdapat konflik dalam bacaan, prioritas (keutamaan) harus diberikan berdasarkan aturan berikut ini:

1. Bacaan yang lebih awal menjadi pilihan sebab lebih dekat kepada yang asli.

2. Bacaan yang lebih sulit menjadi pilihan sebab para ahli tulis lebih cenderung menangani bacaan-bacaan sulit.

3. Bacaan yang lebih singkat dipilih karena para penyalin lebih cenderung menyisipkan bahan-bahan baru daripada menghapuskan bagian naskah suci.

4. Bacaan yang paling dapat menjelaskan varian lainnya menjadi pilihan.

5. Bacaan dengan dukungan geografis paling luas menjadi pilihan, karena naskah-naskah atau versi-versi mashaf seperti itu tidak begitu memiliki kecenderungan untuk saling mempengaruhi satu sama lain.

6. Bacaan yang paling memiliki gaya lazim pengarang menjadi pilihan.

7. Bacaan yang tidak mencerminkan suatu penyimpangan atau penyelewengan doktrin menjadi pilihan. [4]

Peraturan-peraturan universal ini secara umum diikuti, tapi biasanya setiap varian (perbedaan) bacaan diputuskan secara tersendiri. Diskusi singkat tentang angka dan sifat varian-varian Kitab Suci Injil termuat di bawah.

Dengan penggunakan kupasan tekstual, seberapa banyak bagian dari Kitab Suci Injil dapat kita pulihkan dan tetapkan sebagai sesuatu yang asli/asal?

Gagasan yang populer adalah bahwa kupasan tekstual telah berhasil memulihkan naskah Kitab Suci Injil dengan keakuratan atau ketepatan sebanyak 99%. Itu adalah total dari tiga halaman dalam Alkitab biasa tanpa catatan kajian yang diragukan. Tokoh A.T. Roberton mengusulkan bahwa permasalahan kupasan tekstual sebenarnya adalah "seperseribu bagian dari keseluruhan naskah" Kitab Suci Injil (yaitu sekitar sepertiga dari satu halaman).

Itu akan membuat naskah Perjanjian Baru yaitu mashaf Kitab Suci Injil yang telah direkonstruksi 99.9 persen bebas dari permasalahan sebenarnya terhadap kupasan tekstual.[5]

Para pemuka kupasan tekstual, Metzger dan Aland, sudah pasti akan menyetujui bahwa naskah yang ada sekarang hingga 95% teks KSI adalah tanpa permasalahan dan hampir sekitar 97% adalah sebagaimana aslinya [6]. Jadi hanya 1 sampai 3 persen dari naskah yang rentan terhadap kemungkinan tuduhan penyimpangan ditangan para penyalin.[7]

Ayat-ayat yang nampaknya mengandungi perdebatan hampir tak memiliki pengaruh langsung terhadap doktrin dan akidah Kristian manapun sehingga pesan yang disampaikan oleh naskah-naskah yang berlaku sekarang sama seperti pendahulunya. Dengan kata lain, sebenarnya semua naskah asli dapat diperoleh kembali. Ini yang penting.

Tuduhan : Bagaimana dengan "ke-200,000 penyimpangan" ? (atau 50,000 sebagaimana disinggung oleh Ahmad Deedat) [8]

Adalah sangat mudah untuk memberikan kesan yang salah dengan mengatakan kononnya ada 200,000 "penyimpangan" menyusup ke dalam naskah KSI akibat kelalaian penulisan dan tindakan pengkoreksian (pembetulan). Pertama-tama, marilah kita menyebutnya dengan istilah yang tepat, yakni varian. Tak diragukan lagi terdapat, hingga kini, 200,000 varian yang dikenal namun pertanyaan yang lebih penting adalah:

Bagaimanakah varian-varian itu diperhitungkan ?

"Terdapat ketidak-jelasan dengan menyatakan terdapat kononnya 200,000 varian dalam manuskrip Perjanjian Baru/KSI yang masih tersisa karena semua itu hanya mewakili 10,000 tempat dalam Perjanjian Baru. Bila satu kata tunggal telah salah eja dalam 3,000 manuskrip yang berbeda, ini dihitung sebagai 3,000 varian atau bacaan. Sekali tata cara perhitungan ini dipahami, dan varian mekanis (ortografik) telah disingkirkan, varian penting sisanya secara mengejutkan berjumlah sedikit sahaja (penekanan saya). Harus diingat bahwa pembuatan salinan manuskrip secara berganda dengan pencetakan dan fotokopi relatif merupakan perkembangan baru dalam produksi buku moden."[9]

Seberapa pentingkah varian-varian itu ?

Hanya 400 dari varian-varian (kurang dari satu per halaman terjemahan bahasa Inggris) memiliki muatan yang penting dalam arti pasalnya, dan kebanyakan tercatat pada bagian catatan-catatan kaki atau margin dalam terjemahan moderen dan edisi-edisi Alkitabiah. Sebagaimana yang diperkirakan oleh Drs.Philip Schaff, tokoh sejarah Gereja itu, dari hitungan 400 yang tersisa dari 150,000 pada masanya, hanya 50 yang benar-benar nyata. [Jumlah ini sekarang masih tetap lebih kurang] Dan dari total semua ini tidak satu pun terpengaruh "artikel tentang iman atau ajaran tentang akidah dan kewajiban yang tidak didukung secara nyata oleh pasal-pasal lain yang dapat dipercaya dan diyakini, atau oleh keseluruhan maksud ajaran AlKitab."[10]

Varian-varian tekstual yang mempengaruhi lebih dari satu atau dua kalimat (dan kebanyakan hanya mempengaruhi kata per kata atau sekelompok kata) hanyalah Yohanes 7:53-8:11 dan Markus 16:9-20. Tak satupun dari pasal-pasal ini benar-benar seperti apa yang Yohanes ataupun Markus tulis, walaupun kisah dalam Yohanes (tentang wanita yang ditangkap atas perzinahan) tetap memiliki kesempatan cukup besar sebagai suatu kebenaran.[11]

Pada akhirnya, ketika semua kembali ke asal, gagasan populer tentang kupasan tekstual yang berhasil memulihkan naskah-naskah Kitab Suci Injil dengan keakuratan 99% adalah kuat.

Tunjukkan pada saya karya setempat yang memiliki varian-varian :

Tak perlu mencari jauh-jauh. Sulalatus-Salatin (Sultan Saladin) yang terkenal pun, atau lebih dikenal sebagai Sejarah Melayu, yang memiliki setidaknya 29 manuskrip, juga diketahui memiliki varian-varian. Roolvink telah membuat suatu laporan singkat namun tepat tentang berbagai versi Sejarah Melayu [12].

Teks yang umumnya dipakai di sekolah-sekolah adalah edisi A. Samad Ahmad. Manuskrip yang mendasari edisinya adalah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, DBP MSS 86A (c. 1808) yang berasal dari Singapura (sebelumnya dimiliki oleh Munshi Muhammad Ali dari Singapura)

Teks DBP 86A disetarakan secara dekat dengan manuskrip DBP 86 yang tak bertanggal, yang juga dipergunakan oleh Samad Ahmad dalam redaksinya. Ada perbedaan-perbedaan yang penting antara versi ini dan edisi-edisi terkenal lainnya terbitan Abdullah bin Abdul Kadir, yaitu Shellabear[13] dan Winstedt. Salah satu contoh perbedaan ialah di dalam teks ini : 'Hang Tuah berseteru dengan Hang Jebat' (sehingga serupa dengan cerita yang dikisahkan dalam Hikayat Hang Tuah), sementara baik dalam versi Shellabear dan Windstedt, seteru Hang Tuah adalah Hang Kasturi. Perbedaan-perbedaan lainnya dibeberkan oleh Samad Ahmad di dalam "Epilog" edisinya.[14]

Tanpa menghiraukan keberadaan / kewujudan varian-varian itu, hal ini tidak menyulitkan pendiskusian mengenai isi Sejarah Melayu [15]. Sebagai contoh, Noriah Taslim [16] telah menggunakan gaya penulisan literatur Bremond dalam analisanya mengenai konflik dan pemecahan dalam Sejarah Melayu. Dalam diskusinya, seteru Hang Tuah adalah Hang Kasturi. (Lihat bukunya bab,"Memahami Sejarah Melayu Melalui Strategi ‘Konflik dan Penyelesaian’: Satu Analisis Mengikut Model Bremond" hal.110-124)

Kecurigaan mengenai Ahmad Deedat dan cara-cara putar-belitnya.

Walaupun ia adalah pembicara yang handal, ahli berpidato, tak banyak keyakinan yang sama dapat dikatakan tentang hakekat tulisannya. Apakah tulisan-tulisannya pantas mendapatkan tanggapan ?

Jawabannya bukanlah suatu hal yang mudah. Sulaiman yang paling bijaksana diantara manusia pun bimbang. Dalam Amsal 26:4-5, Sulaiman menasehatkan :

"Jangan menjawab kebodohan berdasarkan kebodohan, agar tidak kamu juga menjadi sepertinya,"

- dan dengan segera pertimbangkan sebaliknya,

"Jawablah orang bodoh menurut kebodohannya, agar tidak ia menganggap dirinya bijak."

Alasan mengapa penulis memberikan pembahasan singkat tentang dia bukanlah untuk mencemarkan namanya, tapi untuk memperingati pembaca potensial tentang kerancuan teori yang ia berikan:

Sungguh mengherankan bahwa Deedat seakan tak menyadari bahwa Qur’an juga memiliki sejarah, sebagaimana Alkitab. Hujahnya tentang varian adalah bahwa "keberadaan varian-varian tersebut kononnya membatalkan Alkitab". Namun orang takkan menunggu lama, (kecuali Deedat dan para pengikutnya tentu saja) untuk menemukan bahwa varian-varian Qur’an itu ada dengan cukup banyaknya [17]. Sebagaimana satu kupasan terkenal di internet menyebutkan:

Tinjauan Uthmanic terhadap Qur’an kita miliki sekarang (kurang lebih) adalah suatu teks komite. ‘Ketua’ komite pembahasan tekstual adalah Zaid bin Thabit. Mereka memiliki versi pertama yang tidak mencakup beberapa ayat, dan kemudian mereka membuat versi kedua dalam teks kerja mereka dan menyisipkan beberapa hal yang mereka temukan selanjutnya. Kemudian ada hadist-hadist yang menguraikan mengenai bagian-bagian Qur'an yang sama sekali tak terdapat disana, dan dimana orang teringat beberapa "bagian dan kutipan" namun bukan teks seutuhnya. Semua hadist tersebut telah dikutip berkali-kali dalam berbagai kesempatan dan dapat ditemukan di http://answering-islam.org/Quran/Text/

Namun apakah Deedat sampai pada kesimpulan yang sama tentang Qur’an sebagaimana terhadap Alkitab jika patokan-patokan yang sama yang ia berlakukan pada Alkitab ia terapkan juga pada al-Qur’an ? Sepertinya dia tak menyadari atau menolak untuk mengakui kewujudan varian-varian Qur’an yang keberadaannya bertentangan dengan pernyataan-pernyataan Muslim ortodoks yang populer. Tentu saja, kita berharap kalau standard ganda tidak diberlakukan di sini.

Bagaimanapun pada hakekatnya, kami menasehatkan pendakwah dan propogandis (yaitu dawaganda) Islam, supaya :

"Seseorang yang hidup dalam rumah kaca, tak seharusnya melemparkan batu."

Karena apa ? Karena nanti rumah si pelempar batu itu akan mengalami pecahan terlebih dulu !! Kami ingin Deedat atau siapapun dari pengikutnya untuk lebih dulu mengurusi permasalahan-permasalahan dalam teks Qur'an mereka sebelum mempermasalahkan milik orang lain. Bilakah itu tak adil ? Kami menutupnya dengan sebuah tantangan kepada kaum Muslim:

Apakah yang akan anda lakukan jika saat ini ada manuskrip Qur’an yang diketemukan lebih awal dari semua yang kita miliki sejauh ini dan beberapa bagiannya memiliki sedikit perbedaan-perbedaan dari yang tercetak saat ini? (Faktanya, beberapa telah ditemukan di Sanaa, Yaman [18]). Akankah para cendekiawan Muslim dan perusahaan penerbitan memiliki integritas dan keikhlasan yang sama sebagaimana pihak Kristen mencetak Alkitab berdasarkan teks yang paling dapat diakui ? Ataukah mereka akan mencoba menyembunyikan varian-varian tersebut dan tetap mencetak teks yang sama untuk kemudian menegaskan bahwa teks Qur’an tak pernah berubah bahkan satu huruf pun dan yang kita miliki sekarang adalah juga yang dimiliki oleh kaum Muslim sebelumnya?

Adakah varian-varian dalam Qur'an itu hanya merupakan salah-tafsiran sahaja ? Jauh sekali ! Kalau begitu tidak akan ada ramai orang-orang Islam yang berilmu dan yang cukup berpengetahuan tentang agama Islam mereka yang sudah meninggalkan agama Islam dengan cukup banyak ! Sebagai buktinya : hanya layarilah kepada situs-situs bekas umat Islam ini seperti di situs-situs seperti :

http://www.faithfreedom.org/ dan juga di :

http://www.secularislam.org/ serta situs fikiran rasional Golshan dan lihatlah di dalamnya banyak link-link berkaitan yang lain.

Adakah iman dan akidah Kristen terpengaruh oleh berbagai 'bacaan varian' ?

Ini adalah isu yang terpenting bagi rata-rata penganut, dan berita yang menggembirakan adalah: Tak satu pun doktrin akidah Kekristenan yang tergantung walau sedikitpun pada varian tekstual manapun. Ini sangat penting, sehingga perlu diulang bahwa tak ada doktrin penting Perjanjian Baru/KSI yang tergantung pada suatu varian pun.[19] Doktrin-doktrin yang diragukan ditegaskan dibagian lain, pada bagian-bagian yang TIDAK memiliki perbedaan tekstual. Pengamatan Dr.Greenlee dalam bukunya An Introduction to New Testament Textual Criticism bahwa :

"Tidak ada doktrin atau ajaran Kristen, bagaimanapun, yang tergantung kepada mana-mana teks yang diragukan; dan murid Perjanjian Baru harus hati-hati bila menginginkan teksnya menjadi lebih ortodoks atau secara doktrin lebih kuat dari aslinya." [20]

adalah sangat tepat sekali.

Tuduhan : Gereja selanjutnya telah bersekongkol dan bersubahat untuk menghapuskan perbedaan dan membuat perubahan-perubahan dengan maksud tertentu pada teks Kitab Suci Injil .

Yang dapat dikatakan adalah persekongkolan seperti yang kerap didengungkan itu merupakan hal yang praktis mustahil- takkan mungkin gereja dapat menghapuskan SEMUA bacaan-bacaan terkenal dari suatu teks warisan!

Ketika suatu naskah atau buku disalin, penyebarannya sangatlah luas hingga berbagai usaha untuk mengumpulkan SEMUA manuskrip yang ada dan "menyelewengkannya" adalah hal yang mustahil.

Walaupun transportasi di abad pertama seakan primitif bila dibandingkan dengan yang ada sekarang, kita tak boleh melupakan bahwa Kerajaan Romawi telah mengembangkan sistem transportasi dan perjalanan darat yang mengagumkan. Perdagangan dan perniagaan, operasi-operasi militer, jasa pos, perjalanan pribadi dan pengkomunikasian ide antar negara di lingkungan daerah Mediterania sangatlah luas. Ini juga memungkinkan cepatnya penyebaran karya-karya literari, termasuk manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru (penekanan saya). Menurut tokoh ilmuwan Epp, "Surat-surat dapat menjelajah sekitar 800 mil dalam dua bulan; atau sekitar 350 mil dalam tigapuluh enam hari; atau 125 mil dalam tiga minggu; atau sekitar 400 mil dalam empatbelas hari; atau 150 mil dalam empat, enam, atau tujuh hari; atau limabelas mil dalam hari yang sama."

Skenario penyebaran manuskrip yang serupa juga terulang di pusat-pusat Kekristenan lainnya... Contohnya pada saat gereja di Alexandria, menerima salinan Markus, para ahli penulis membuat salinan-salinan tambahan dari salinan yang mereka dapat dan bukan dari karya asli Markus yang ditulis di Roma. Prosedur yang sama sudah tentu diterapkan pada mashaf-mashaf Injil lainnya dan juga pada surat-surat Paulus. Surat aslinya yang ditujukan kepada jemaat di Roma disalin berulang kali sehingga pada saat bersamaan hampir semua gereja masing-masing dapat dipastikan memiliki satu salinannya.[21]

Selama masa penganiayaan dibawah pemerintahan Maharaja (Kaisar) Trajan (98-117 T.M. ) dan kekaisaran Romawi lain berikutnya, kitab-kitab skriptur dibinasakan dan dibakar bila diketemukan. Dalam usaha untuk mempertahankan skriptur, kitab-kitab tersebut dikubur dan disembunyikan. Banyak yang kemudian diketemukan sekarang (lihat daftar naskah masahif kuno [codex] KSI/Perjanjian Baru di bawah). Jadi bila ada SATU orang yang mencoba untuk mengubah teks atau menyisipkan pendapat pribadinya ke dalam skriptur di sepanjang rentang Kekaisaran Romawi hingga Afrika Utara, naskah-naskah kuno ini sudah tentu akan dapat mengungkapkan penyimpangan tersebut. Namun tak terdapat satu pun. Sebaliknya, papirus-papirus (naskah-naskah lontar) yang baru-baru ini diketemukan menguatkan bahwa teks yang kita gunakan sekarang ini pada dasarnya sama seperti yang dipergunakan oleh gereja awal.

Selain itu, apa yang merupakan bukti dan data langsung akan penyimpangan tekstual ? 95% kesalahan yang ditemukan dalam teks Kitab Suci Injil diketahui sebagai hal yang tak disengajakan [22]. Ini termasuk juga surat-surat serupa yang berlebihan, pengulangan kata-kata maupun kalimat, dan salinan buruk semata. 5% kesalahan sisanya termasuk revisi ejaan dan tata bahasa, harmonisasi bagian buku yang serupa, penyisihan masalah-masalah tekstual, dan, tentu saja, perubahan-perubahan secara teologis maupun doktrinal. Namun, tidak ada bukti kukuh untuk mengatakan adanya persekongkolan atau persuhabatan sistematis ataupun informal untuk merubah teks Kitab Suci Injil . Kenyataannya ialah bahwa perubahan-perubahan setempat dalam teks bukanlah suatu penyimpangan terhadap keseluruhan Perjanjian Baru. Sebagai contohnya, sudah tentu tidak terdapat persekongkolan sistematis untuk melenyapkan referensi-referensi mengenai darah tebusan Almasih Isa dari teks ataupun menyisipkan doktrin Tritunggal walaupun memungkinkan [23]. Bagaimanapun juga, pengamatan terhadap mashaf-mashaf lama yang terpelihara memungkinkan pengidentifikasian terhadap penyimpangan-penyimpangan ini.

Juga merupakan hal yang berlawanan dengan gagasan apapun, bahwa ada teks yang penting telah hilang ataupun ditambahkan adalah bukti bahwa kupasan tekstual telah berlangsung seawal sejak abad kedua dan ketiga Tahun Masihi ! Origen mengeluhkan kelalaian dan kelancangan para penulis; Jerome telah mengawasi berbagai kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan penulisan, dan sebagainya [24]. Dua orang Bapa gereja ini, setidaknya, telah bertugas menentang perubahan-perubahan apa pun! (Terhadap hal ini kita juga dapat menambahkan bahwa ilmu yang berkaitan dengan penulisan yang digunakan di Iskandariah pada Kitab Suci Injil di permulaan peradaban juga memastikan adanya penanganan hati-hati terhadap teks.)

Singkatnya, nasehat JP Holding mengenai tuduhan penyelewengan Kitab Suci Injil secara tekstual adalah tepat:

Hingga bukti tekstual yang kukuh untuk perubahan-perubahan demikian ditemukan, semua keberatan-keberatan diajukan yang pada kita tersebut adalah seperti suatu anggapan "spaghetti yang dilontarkan ke dinding." Daripada menyebutkan beberapa kesulitan mashaf yang benar-benar pasti, setahu kita, kritikan biasanya adalah beberapa gagasan kabur dimana di suatu tempat, entah bagaimana, kita pasti melalaikan SESUATU yang akan mengakibatkan permasalahan terhadap akidah Kekristenan! Begitu juga Ehrman [Ehr.OxC, 46n], biarpun ia baru menemukan beberapa lusin penyimpangan - yang dapat diidentifikasikannya karena buku-buku aslinya masih ada! - tak dapat menahan untuk berspekulasi bahwa sebenarnya terdapat "ratusan" penyimpangan yang belum terkuak. Ini lebih menyerupai tukang tilik yang membawa papan bertuliskan "DUNIA AKAN KIAMAT BESOK" - dengan keyakinan bahwa suatu hari, ramalannya akhirnya akan menjadi kenyataan! Sebaliknya, bukti-bukti kukuh yang ada pada kita hari ini jauh lebih kuat dan menunjukkan bahwa kita MEMANG memiliki "teks asli" Kitab Suci Injil - hanya tercampur dengan "varian-varian yang bukan asli," dan adalah suatu hal yang spekulatif untuk mempercayai bahwa kita telah kehilangan bagian-bagian yang asli [25].

Tuduhan : Keandalan tekstual dan jumlah manuskrip tidak serta merta membuktikan keandalan historis Alkitab

Tunggu sebentar. Tak seorangpun menyatakan bahwa keandalan tekstual = keandalan historis. Pendapat demikian adalah bodoh. Namun seperti yang telah dikemukakan di awal, seseorang tidak dapat menyatakan bahwa sejarah yang direkam oleh suatu teks adalah akurat kecuali bila teks itu sendiri terekam secara akurat!

Selanjutnya, terdapat alasan-alasan untuk pengutipan jumlah mengejutkan dari manuskrip-manuskrip Kitab Suci Injil yang ada:

1. Tak seorangpun dapat dengan tepat mempersoalkan bahwa kita tak memiliki sumber material yang cukup bagi Kitab Suci Injil .

2. Tak seorang pun dapat menunjukkan keberatan di atas tanpa membuat keberatan-keberatan serupa tentang dokumen-dokumen dan Kitab-kitab kuno lainnya sebagaimana yang kita boleh lihat kemudian.

Sekarang kita lihat dasar terhadap kedua alasan yang telah disebutkan.

 

Alasan 1: Ujian Bibliografis bagi Mushaf Kitab Suci Injil

Ujian bibliografis adalah suatu analisis rinci mengenai penyebaran suatu teks dokumen sepanjang abad hingga mencapai kita. Kita akan menguji manuskrip-manuskrip Kitab Suci Injil ini untuk melihat seberapa baik penyebarannya dan rentang waktu antara yang asli dan salinan-salinan karena kita tak memiliki lagi yang asli.

Pertama-tama, perincian bukti manuskrip Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang:

A. MANUSKRIP YUNANI

Daftar Manuskrip

Skrip Uncial

Skrip Minuscule

Papyri P1-P88

88

 

Uncials MSS 01-0274

274

 

Minuscules MSS 1-2795

 

2795

Lectionaries l1-l2209

245

1964

Jumlah

607

4759

Jumlah total lectionari Kitab Suci Injil : 2,209

Jumlah total manuskrip Kitab Suci Injil : 5,366 [26] (sehingga 1976 TM)

B. MANUSKRIP NON-YUNANI [27]

Latin Vulgate 10,000+

Ethiopic 2,000+

Slavic 4,101

Armenian 2,587

Syriac Peshitta 350+

Bohairic 100

Arabic 75

Old Latin 50

Anglo Saxon 7

Gothic 6

Sogdian 3

Old Syriac 2

Persian 2

Frankish 1

TOTAL: 24,650+

Dari semua itu manuskrip Yunani yang terpenting adalah sebagai berikut (manuskrip tertanda 'Pnomer' berarti papirus dan nomer petunjuknya):

P52, Fragmen John Rylands . (sekitar T.M. 117-138.)

2 1/2 kali 3 1/2 inchi, papirus penggalan naskah kuno (codex) ini adalah salinan paling awal dari suatu bagian Perjanjian baru yang ditemukan. Ditulis dalam satu generasi saat Yohanes menulis Injil bagiannya, memuat bagian lima ayat yaitu Yohanes 18:31-33 dan 37-38. Tokoh Adolf Deissman berpendapat bahwa waktu penaggalannya bisa lebih awal lagi [28]. Kemungkinan adalah salinan teks yang asli.

P45, P46 dan P47, Papirus Chester Beatty (sekitar T.M. 250).

P45 tersusun dari tigapuluh lembar suatu naskah papirus kuno : dua dari Matius, dua dari Yohanes, enam dari Markus, tujuh dari Lukas, dan tigabelas dari Kisah Rasul-Rasul. Semuanya berasal dari sekitar 200-250 setelah Masehi (T.M. ). Semuanya ini merupakan kesaksian yang paling dapat dipercaya bahwa Injil yang kita miliki hingga kini adalah sebagaimana aslinya tertulis. P46 juga berasal dari sekitar tahun 250 T.M. dan memuat delapanpuluh-enam lembar yang mencakup Roma, Ibrani, 1 &2 Korintus, Efesus, Galatia, Filipi, Kolose, dan 1 & 2 Tesalonika. Tak termasuk bagian 1 & 2 Tesalonika dan Roma. P47 berasal dari sekitar tahun 250 T.M. dan memuat Wahyu 9:10-17:2.

P66, P72, P75. Papirus Bodmer (Abad ke-2 ke-3 T.M.)

P66 berasal dari sekitar tahun 200 T.M. atau lebih awal dan memuat Yohanes 1:1-6:11, 6:35b-14:26 dan 40 fragmen dari Yohanes 14-21. P72 merupakan salinan terawal Yudas, dan 1 & 2 Petrus yang diketahui. Yang mana juga memuat banyak kitab-kitab yang diragukan (aprokripal) seperti Keputeraan al-Masih Isa oleh Siti Maryam (Nativity of Mary), kesebelas Syair Pujian Sulaiman, Surat Yudas, Homili Melito saat Paskah dan sebagainya[29]. P75 (sekitar 200 T.M.) adalah naskah kuno yang memuat sebagian besar Lukas dan Yohanes.

Naskah kuno / Mashaf (Codex) Vaticanus (B) (Sekitar 325-350 T.M.)

Tertulis pada kulit binatang atau kertas kulit, merupakan salinan manuskrip yang memuat sebagian besar Perjanjian Lama (LXX) dan Baru (Yunani) dengan bagian-bagian Aprokripa dan merupakan kesaksian penting terhadap keseluruhan teks yang kita miliki sekarang. Yang tak terdapat dalamnya adalah Kejadian 1:1-46:28, 2 Raja-raja 2:5-7 dan 10-31 dan Mazmur 106:27-138:6, 1 Timotius hingga Filemon dan Ibrani 9:14 hingga akhir Perjanjian Baru, kemungkinan karena sudah lapuk dan terobek.

Naskah Kuno (Codex) Sinaiticus [ALEPH] (sekitar 340 T.M. )

Salinan Perjanjian Baru dari abad ke-empat ini (Aleph) adalah kesaksian yang menakjubkan bagi teks Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang ini karena sangat kuno, tepat serta akurat dan tak bercela. Memuat keseluruhan Perjanjian Baru dan lebih dari setengah Perjanjian Lama (LXX). Kisah penemuan Aleph merupakan salah satu yang paling menakjubkan serta menarik sekali dan meyakinkan sepanjang sejarah tekstual [30].

Naskah Kuno (Codex) Alexandrinus (A) (sekitar 450 T.M. )

Codex Alexandrius hanya ranking kedua kepada Sinaiticus dan Vaticanus dalam mewakili teks Perjanjian Baru. Bila saja tidak terlambat 20 tahun tiba di Inggris, sudah pasti menjadi salah satu manuskrip utama yang dipergunakan dalam terjemahan Versi King James 1611. Dipersembahkan kepada Raja Charles I di tahun 1627 walaupun sebenarnya dimaksudkan bagi King James I yang meninggal sebelum Codex ini tiba di Inggris. Memuat keseluruhan Perjanjian Lama, kecuali beberapa mutilasi, dan sebagian besar Perjanjian Baru (kecuali Matius 1:1-25:6, Yohanes 6:50-8:52 dan 2 Korintus 4:13-12:6).

Naskah Kuno (Codex) Ephraemi Rescripticus (C) (c. 345 T.M. )

Berasal dari luar Alexandria, Mesir dan merupakan suatu palimpsest (dokumen yang terhapus) yang dipulih-tuliskan kembali. Dituliskan kembali oleh pengajaran-pengajaran St. Ephraem tapi dipulihkan dengan suatu proses pengaktifan secara kimia dalam tahun 1800-an. Disimpan di Perpustakaan Nasional di Paris, berisikan sebagian besar Perjanjian Baru (tak termasuk 2 Tesalonika, 2 Yohanes, dan bagian-bagian buku lainnya) dan bagian-bagian Perjanjian Lama)

Naskah Kuno (Codex) Bezae (D) (sekitar 450 or 550 T.M. )

Manuskrip yang berasal dari abad ke lima hingga enam ini adalah manuskrip dwibahasa (Yunani dan Latin) tertua dari Perjanjian Baru yang diketahui. Berisikan Injil, Kisah Rasul-Rasul (dengan beberapa bagian yang hilang) dan bagian-bagian 3 Yohanes.

Untuk daftar banyak manuskrip lainnya silahkan merujuk pada Geisler dan Nix, juga Metzger.

Jadi, tanpa menghiraukan banyaknya bacaan varian manuskrip Perjanjian Baru seperti yang disebutkan di atas, terdapat bertumpuk-tumpuk manuskrip untuk perbandingan dan keterkaitan dari bacaan-bacaan tersebut sehingga dapat sampai kepada yang paling benar. Tak seorang pakar mashafpun pantas mengeluhkan bahwa kita tidak memiliki sumber materi Kitab Suci Injil yang cukup.

Kita kini sampai pada bagian terakhir kajian ini yang berhubungan dengan:

Alasan 2: Bagaimanakah teks mashaf Perjanjian Baru saat dibandingkan dengan karya-karya kuno lainnya?

Apa dasar pemikiran pertanyaan ini? Sebagaimana seorang penulis mengatakan :

"Seandainya Perjanjian Baru secara tekstual benar-benar telah cacat bercela dan tak dapat dipercayai, maka dapatlah diperkatakan bahwa setiap Kitab kuno lainnya adalah juga cacat bercela dan tak dapat dipercaya."

Paul Copan dalam bukunya : True for You, But Not for Me (Minneapolis) [31]

Pada kesan pertama, beberapa angka yang diberikan bagi manuskrip-manuskrip Kitab Suci Injil di bagian sebelumnya mungkin terlihat seperti memiliki rentang waktu yang jauh antar salinan-salinan itu, namun satu hal yang pelu diperhatikan sebelum melayangkan pendapat. Makna bukti manuskrip kitab-kitab Kitab Suci Injil menjadi semakin jelas ketika kita membandingkannya dengan bukti serupa bagi tulisan-tulisan yang kuno lainnya.

Perhatikan tabel/carta [32] di bawah ini untuk perbandingan yang dimaksud.

Penulis/Buku

Tahun Catatan
Autographnya

Salinan Terawal

Banyak salinan/rentang waktu/% Keakuratan

Homer, Iliad

800 S.M.

 

643, (? th.), 95%

Herodotus, History

480-425 S.M.

sekitar 900 T.M.

8, (sekitar 350 th.)

Thucydides, History

460-400 S.M.

sekitar 900 T.M.

8, (sekitar 1300 th.)

Plato

400 S.M.

sekitar 900 T.M.

7, (sekitar 1300 th.)

Demosthenes

300 S.M.

sekitar 1100 T.M.

200, (sekitar 1400 th)

Caesar., Gallic Wars

100-44 S.M.

sekitar 900 T.M.

10, (sekitar 1000 th.)

Livy, History of Rome

59 BC- T.M. 17

abad ke-4 (sebagian) sebagian besar abad ke-10

1 bagian, (sekitar 400 th.) 19 salinan, (sekitar 1000 th.)

Tacitus, Annals

100 T.M.

sekitar 1100 T.M.

20, (sekitar 1000 th.)

Pliny Secundus, Natural History

61-113 T.M.

sekitar 850 T.M.

7, (sekitar 750 th.)

Perjanjian Baru - Kitab Suci Injil

50-100 T.M.

sekitar 114 (fragment)

(10-30 th.)

 

 

sekitar 200 (buku)

(100 th.)

 

 

sekitar 250 (sebagian besar Kitab Suci Injil )

(150 th.)

 

 

sekitar 325 (Kitab Suci Injil lengkap)

(225 th.)

5366 Salinan, 99%+ Ketepatan

Sementara ribuan salinan Perjanjian Baru sudah ada sebelum abad ke empat, disana tak ada satu pun kitab yang dapat mempertunjukkan singkatnya perbedaan waktu antara salinan dan naskahnya yang asli. Satu-satunya buku yang mendekati dalam hal angka adalah Iliad (Syair epik Yunani) karya Homer dimana hanya 650 salinan yang masih ada dan rentang waktu antara yang asli dan salinan yang paling awal adalah sekitar 1800 tahun.

Mengenai Iliad, seringkali dipandang sebagai teks kuno kedua-terbaik dalam terminologi-terminologi ini, keunggulan Kitab Suci Injil sangat nyata - menurut Wood [Wood.STW,124], bagian terbesar dari manuskrip Iliad milik kita yang masih bertahan berasal dari abad 14 dan 15, dengan manuskrip yang terbaik dan terawal berasal dari abad 10. (Jadi, janganlah ada keberatan-keberatan tentang keberadaan, katakanlah, manuskrip-manuskrip Akhir Abad Pertengahan di dalam total 24,000 itu.)[33]

Jadi dari peninjauan singkat tentang kedekatan pada autograp (jaman) dan keserbaragaman manuskrip (jumlah), Perjanjian Baru merupakan Kitab yang paling luas yang dapat dibuktikan di dunia ini. Juga Kitab Suci Injil ini merupakan Kitab yang paling bertahan di dunia, juga :

Tak ada Kitab lainnya dalam sejarah kuno dapat mempamerkan sebegitu banyak dalil-dalil dokumentasi [34], termasuk al-Qur'an.

Kemudian pakar sejarah Kitab Suci Injil, Craig L. Blomberg:

Intinya hanyalah bahwa bukti tekstual yang dituliskan oleh para pengarang Kitab Suci Injil jauh melebihi dokumentasi yang kita miliki untuk tulisan kuno lainnya, termasuk lusinan yang kita percaya telah terpelihara secara relatif utuh. Sama sekali tak ada landasan (dasar) untuk menyatakan bahwa edisi moderen standar Kitab Suci Injil Yunani tidak benar-benar mirip dengan apa yang para penulis Kitab Suci Injil tuliskan [35].

Andaikan kedekatan autograp dan keserbaragaman manuskrip belum cukup, kita dapat menambahkan lagi dengan kutipan yang melimpah-limpah dari Bapak-bapak gereja awal dan salinan-salinan awal Kitab Suci Injil yang berjumlah sangat besar.

Para Bapak Gereja

Tentang para Bapak gereja, yang mana diskusi secara menyeluruh adalah diluar jangkauan kajian ini, kita memiliki pernyataan Sir David Dalrymple sebagai pegangan. Ia pernah ditanya

"Seandainya Perjanjian Baru telah dimusnahkan, dan tiap salinannya hilang segera setelah berakhirnya abad ketiga, mungkinkah disusun kembali dari tulisan-tulisan para Bapak gereja di abad kedua dan ketiga?"

Beliau telah menyelidikinya secara terperinci dan kemudian memberikan pernyataan,

"Lihatlah buku-buku tersebut. Ingatkan kamu akan pertanyaan tentang Perjanjian Baru dan para Bapak gereja? Pertanyaan tersebut membangkitkan keingintahuan saya, dan karena saya memiliki semua karya para Bapak yang ada di abad-abad kedua dan ketiga, saya mulai untuk mencari dan hingga saat ini saya telah menemukan keseluruhan Perjanjian Baru, kecuali sebelas ayat sahaja."[36]

Banyaknya jumlah versi awal Kitab Suci Injil

Selanjutnya, keberadaan dan kewujudan salinan-salinan autograp awal mendukung teks yang kita miliki tidak hanya dalam manuskrip Yunani, tapi juga dalam Alkitab masakini yang kita miliki. Hingga sampai tahun 200 TM, kanon KSI masih ada dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Latin. Versi Latin Kuno berasal dari mulai abad kedua hingga keempat. Terjemahan Kitab Injil Latinnya diselesaikan oleh St. Jerome di tahun 405T.M. [37] Terdapat juga salinan-salinan Syriac (Aramik Kuno) dari abad-abad keempat dan ketujuh. Ini termasuk Peshitta, Palestinian, Philoxenian dan Harklea, kesemuanya merupakan dialek-dialek Aramik yang berbeda dari dialek Koine (bahasa Yunani yang umum dipakai orang ramai) yang mana dipakai dalam penulisan Perjanjian Baru. Juga terdapat versi-versi Koptik (abad ketiga dan keempat), Gothic (abad keempat), Armenian dan Georgian (abad kelima), Ethiopik (abad keenam) [38] diantara lainnya. Gereja tertua yang masih ada hingga kini adalah Gereja Koptik Ethiopia, yang walaupun dari abad keenam, mungkin dimulai oleh para kasim Ethiopia seperti yang dicatat dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 8.


Kesimpulan

Tegasnya adalah: Dengan teks Kitab Suci Injil kita yang wujud sekarang, yang kamu lihat adalah, hingga kepada tingkat yang AMAT penting, sangat mungkin merupakan apa yang telah dituliskan. Sama sekali tidak ada alasan atau bukti-bukti kukuh yang cukup untuk menyatakan yang sebaliknya.

Apa kata tokoh-tokoh dan ahli sejarawan bukan-Kristian (non-Christian scholars) pula ? Adalah amat sesuai bagi kita memperhatikan kesimpulan-kesimpulan beberapa tokoh dan pakar sejarah non-Kristian mengenai kesahihan teks dan masahif Kitab Suci Injil (yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) ini :

W.F. Albright, seorang pakar arkeologi (kaji purbakala) yang amat disegani dalam bidang kepakaran beliau telah berkata mengenai sejarah Al-Kitab :

"Kajian-kajian Purbakala (arkeologi) telah membuktikan dan mendukung kesahihan sejarah Al-Kitab Bible."

Seorang lagi tokoh arkeologi, Nelson Glueck, juga telah menyokong pernyataan di atas dengan kesimpulannya :

"Secara keseluruhannya boleh dinyatakan bahawa tidak terdapat apa-apa penemuan ahli kaji purbakala (arkeologi) yang telah pernah bercanggah atau bertentangan dengan sesuatu rujukan dalam Al-Kitab Bible." [39]

Beliau juga menyatakan kesimpulan dalam bukunya "Rivers in the Desert" :

"Penghafalan sejarah Kitab Suci Injil (Bible) itu amatlah tepat dan mengagumkan sekali." [40]

Jadi, sudah jelas bahawa tokoh-tokoh bukan Kristian yang berwibawa juga sudah amat yakin akan kesahihan sejarah Kitab Suci Injil serta mashafnya dan kewibawaannya. Umat Kristian sangat bangga dan puas hati karena kewibawaan Kitab Suci Injil telah muncul lebih kuat dan kukuh sesudah ia dianalisa dan diselidiki sedalam-dalamnya oleh kedua-dua tokoh-tokoh dan ahli-ahli sejarawan yang beragama Kristian dan juga bukan Kristian.

Sebaliknya, apa pula yang dinyatakan oleh tokoh-tokoh yang bukan-Islam mengenai al-Qur'an dan sejarahnya ? Inilah apa yang dikatakan oleh seorang sejarawan yang telah mengkaji agama Islam dan sejarahnya cukup lama, J.J. Saunders dalam bukunya 'A History of Medieval Islam' :

"Tidak ada mana-mana ahli sejarah dan para ilmuwan yang bukan Islam hari ini yang mempersoalkan bahawa al-Qur'an itu adalah gubahan pribadi Muhammad sendiri." [41]

Yaitu, maksudnya ialah majoritas para ilmuwan dan ahli-ahli sejarah bukan Islam hari ini terima hakekat bahawa al-Qur'an itu dan kandungannya adalah hasil daripada minda dan pribadi Muhammad sendiri semasa beliau di atas bumi ini - dan bukan ilahi seperti yang dituntutnya !

J.J. Saunders bersambung kesimpulannya mengenai al-Qur'an itu dengan berkata :

"Coraknya, serta rujukan-rujukannya yang mencurigakan, dengan tarikh-tarikh (tanggal) surah-surahnya yang kurang pasti lagi amat disangsikan, membuat al-Qur'an amat tidak memuaskan sebagai sumber fakta sejarah." [42]

Apa lagi boleh dikatakan tentang kesahihan mashaf al-Qur'an itu ? Tidaklah heran lagi bila terdapat didalamnya banyak perkara yang bertentangan dan bercanggah dengan kebenaran. Terdapat banyak di dalamnya yang bertentangan dengan fakta-fakta sejarah dan juga banyak yang bertentangan dengan ilmiah saintifik, serta ada banyak perselisehan-perselisehan didalamnya sendiri! Kalau tidak ada semua pertentangan-pertentangan dan kesangsian itu, para ilmuwan sudah tentu tidak akan mengadakan kesimpulan jelas mengenai al-Qur'an itu seperti yang di atas.

_____________________________________________________________________________________________

Rujukan-rujukan :

[1] Lihat bab 2 buku Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986) untuk alasan-alasan tertentu Tuhan telah mengijinkan autograp binasa, yang merupakan hal yang diluar jangkauan laporan ini.

[2] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 433-435

[3] Lihat J.P. Holding http://www.integrityonline15.com/jpholding/tekton/Tekton_02_02_01.htm sumber 9: McGann, Jerome J., ed. Textual Criticism and Literary Interpretation. University of Chicago Press, 1985

[4] Archer, Gleason L., Jr. A Survey of Old Testament Introduction, ed. rev. (Chicago: Moody, 1974), hal. 57-60

[5] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 474

[6] Dikemukakan oleh saudara Jochen Katz pada soc.religion.islam

[7] Copan, Paul. True For You, But Not For Me, (Minneapolis, Minnesota: Bethany House Publishers, 1998), hal. 98

[8] Deedat, Ahmad. "Is the Bible the God's Word?" The Choice: Qur'an or the Bible (Batu Caves: Thinker's Library), hal. 12-14.

[9] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 468

[10] Schaff, Philip. Companion to the Greek Testament and the English Version, edisi ke 3., rev. (New York: Harper, 1883) hal 177 dikutip oleh Geisler dan Nix dalam A General Introduction to the Bible, hal. 474

[11] Craig L. Blomberg, "The Historical Reliability of the New Testament" dalam William Lane Craig, Reasonable Faith: Christian Truth and Apologetics, ed. rev. (Wheaton, Illinois: Crossway Books, 1994), bab 6, n. 2: Lihat, contohnya, Gary M. Burge "A Specific Problem in the New Testament Text and Canon: The Woman Caught in Adultery (Yohanes 7:53-8:11)," Journal of the Evangelical Theological Society 27 (1984): 141-8

[12] R. Roolvink, "The variant versions of the Malay Annals", Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 123:3 (1967), hal. 301-324

[13] Hunt, Robert. William Shellabear: A Biography (Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1996) hal. 82

[14] A.Samad Ahmad (ed.), Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu), Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1979.

[15] Sejarah Melayu dibahas di berbagai bagian dalam: Ibrahim, Zahrah. (ed.), Sejarah Kesusasteraan Melayu, Jilid II, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1992.)

[16] Taslim, Noriah. Teori dan Kritikan Sastera Melayu Tradisional, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), hal. 110-124

[17] Cf. Jeffery, Arthur. Materials for the History of the Quran Text.

[18] Lester, Toby. The Atlantic Monthly; January 1998; What is the Koran?; Volume 283, No. 1; halaman 43-56.

[19] Patzia, Arthur G. The Making of the New Testament (Downers Grove, Illinois: IVP, 1995), halaman 145

[20] Greenlee, J. Harold. An Introduction to New Testament Textual Criticism (Grand Rapids: Eerdmans, 1964), hal. 68.

[21] Patzia, Arthur G. The Making of the New Testament (Downers Grove, Illinois: IVP, 1995), hal. 131

[22] Patzia, Arthur G. The Making of the New Testament (Downers Grove, Illinois: IVP, 1995), hal. 138

[23] Patzia, Arthur G. The Making of the New Testament (Downers Grove, Illinois: IVP, 1995), hal. 145

[24] Metzger, Bruce Manning. The Text of the New Testament: Its Transmission Etc. (New York: Oxford U. Press, 1968), hal. 152-4

[25] J.P. Holding http://www.integrityonline15.com/jpholding/tekton/Tekton_02_02_01.htm

[26] Metzger, Bruce M. Manuscripts of the Greek Bible: An Introduction to Greek Paleography. (New York: Oxford U., 1981) hal. 54-56.

[27] McDowell, Josh. Evidence That Demands A Verdict (San Bernardino: Campus Crusade/Here's Life, 1972, 1985) 1:40

[28] Metzger, The Text of the New Testament, hal. 39 n. 2.

[29] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 390

[30] Metzger, Bruce Manning. The Text of the New Testament (New York: Oxford U. Press, 1968), hal. 42-45

[31] Copan, Paul. True For You, But Not For Me, (Minneapolis, Minnesota: Bethany House Publishers, 1998), hal. 98

[32] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 408

[33] J.P. Holding http://www.integrityonline15.com/jpholding/tekton/Tekton_02_02_01.htm

[34] Cf. Bruce, F.F. The New Testament Documents: Are They Reliable? (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1960), hal. 16

[35] Craig L. Blomberg, "The Historical Reliability of the New Testament" dalam William Lane Craig, Reasonable Faith: Christian Truth and Apologetics, ed. rev. (Wheaton, Illinois: Crossway Books, 1994), hal. 194.

[36] Norman L. Geisler dan William E. Nix, A General Introduction to the Bible, ed. rev. (Chicago: Moody, 1986), hal. 430

[37] Lihat bab 29 dari buku Geisler dan Nix, A General Introduction to the Bible hal. 525-538

[38] Lihat bab 28 dari buku Geisler dan Nix, A General Introduction to the Bible hal. 511-523

[39] Nelson Glueck, Rivers in the Desert.

[40] Nelson Glueck, ibid.

[41] J.J. Saunders, "A History of Medieval Islam" hal 18-20 (London : Routledge, 1972)

[42] J.J. Saunders, Ibid.


Indeks Utama