Penulis Buku ‘Seeking ALLAH, Finding JESUS’ (‘Mencari ALLAH, Menemukan YESUS’) Mengatakan, Orang Muslim Harus Siap Menanggung Semua Risiko Dalam Mengikut Kristus
“Hampir semua yang diketahui orang Muslim tentang Muhammad bersumber dari tradisi lisan, hampir-hampir tak ada dari sumber-sumber tertulis,” kata Qureshi. Waktu masih kecil, Qureshi diajar bahwa Muhammad adalah seorang pembawa damai, ramah dan penuh belas kasihan. Tapi ketika ia meneliti secara seksama teks-teks primer Islam, ia menemukan kalau Muhammad itu sepenuhnya sosok yang berbeda.
Kesaksian Pertobatan Nabeel Qureshi
Sebuah autobiografi baru mengisahkan cerita tentang seorang Muslim Barat yang harus siap menanggung setiap risiko untuk menjadi seorang Kristen lahir baru. Buku ini terkesan seperti sebuah novel misteri pembunuhan, dimana seorang pengikut Muhammad yang saleh mengkaji ulang fakta-fakta mengenai Islam dan Kekristenan untuk menemukan kebenaran mengenai Yesus Kristus.
“Bukanlah sebuah pernyataan yang keliru mengatakan bahwa orang-orang Muslim harus siap menanggung risiko apapun saat mereka meyakini Salib,” tulis Dr. Nabeel Qureshi dalam buku barunya, ‘Mencari Allah, Menemukan Yesus: Seorang Muslim yang saleh Berjumpa Dengan Kekristenan” (‘Seeking Allah, Finding Jesus: A Devout Muslim Encounters Christianity’)
Mereka yang meninggalkan Islam menjadi Kristen akan dipotong dari keluarga dan teman-teman mereka, akan menghadapi ancaman hukuman mati (hadis, kitab suci kedua setelah Quran yang menetapkan hukum bagi Muslim, memerintahkan orang-orang Muslim untuk membunuh mereka yang murtad), dan menanggung risiko mengalami hukuman kekal karena ‘satu-satunya dosa yang tak terampuni dalam Islam adalah dosa syirik, yaitu meyakini seseorang selain Allah sebagai Tuhan.”
Qureshi melakukan pengujian terhadap Kekristenan dan Islam, yaitu apabila dapat dibuktikan bahwa Yesus telah mati di kayu salib, bangkit dari kematian dan mengklaim diriNYA sebagai Tuhan, maka dalam hal ini dasar bagi Kekristenan adalah kuat. Selama proses ini, ia juga menganalisa keyakinan-keyakinannya terhadap lima pilar Islam, dan ajaran-ajaran Muhammad dalam Quran.
Dibesarkan sebagai seorang Muslim yang saleh, Qureshi percaya bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, tapi Ia hanya terlihat seolah-olah mati, dan kemudian dibangkitkan 3 hari kemudian.
Islam juga mengklaim bahwa Yesus tak pernah mengklaim diriNYA adalah Tuhan, tapi Alkitab telah memlintirkannya untuk memperlihatkan seolah-olah Yesus mengklaim diriNYA sebagai Tuhan.
Qureshi mengatakan bahwa ayahnya selalu menekankan kepadanya bahwa, “mustahil Yesus mati di kayu salib ... Ia sangat dikasihi oleh Tuhan, dan Ia juga berseru agar Ia diselamatkan.”
Namun demikian, teman-teman Kristennya membantah pandangan Islamiknya mengenai Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus benar-benar telah mati di kayu Salib dan telah dibangkitkan dari kematian 3 hari kemudian.
“Murid-murid Yesus yang sebelumnya takut untuk menyebut diri mereka sebagai pengikut Yesus ketika berada di Taman Gethsemani, kemudian malah rela untuk mati agar mereka dapat memproklamirkan Yesus sebagai Tuhan yang bangkit,” kata teman Qureshi bernama Mike. Mike juga menambahkan, jika Yesus tidak bangkit dari kematianNYA, maka mustahil hal itu dapat mentransformasikan murid-muridnya menjadi seperti itu.
“Para sarjana umumnya bersepakat bahwa: kematian Yesus di atas kayu salib adalah fakta histori yang paling pasti,” demikian kata Mike.
Terhadap klaim Yesus bahwa Dia adalah Tuhan, Qureshi tak dapat lagi menyangkalinya setelah ia mempelajari tentang “Anak Manusia” yang ada di kitab Daniel pasal 7, yang berbicara mengenai “Anak Manusia yang saling berbagi kedaulatan di surga dengan Tuhan, juga disembah oleh semua orang dengan penyembahan yang hanya diberikan kepada Tuhan.”
Qureshi mencatat dalam bukunya bahwa Yesus menyebut DiriNya sebagai Anak Manusia, lebih dari 80 kali dalam ke-4 kitab Injil. Ia juga kemudian menjadi yakin dengan akurasi Alkitab melalui lusinan manuskrip-manuskrip yang ia pelajari, yang telah menubuatkan kedatangan Yesus bahkan sebelum Yesus sendiri datang ke dalam dunia.
“Hampir semua yang diketahui orang Muslim tentang Muhammad bersumber dari tradisi lisan, hampir-hampir tak ada dari sumber-sumber tertulis,” kata Qureshi.
Waktu masih kecil, Qureshi diajar bahwa Muhammad adalah seorang pembawa damai, ramah dan penuh belas kasihan. Tapi ketika ia meneliti secara seksama teks-teks primes Islam, ia menemukan kalau Muhammad itu sepenuhnya orang yang berbeda.
“Muhammad telah diracuni; dan diatas tempat tidurnya, ia merasa jika racun itu akan membunuhnya; ia juga mengalami bahwa ilmu hitam telah menyerangnya; Muhammad juga pernah mengakui bahwa ayat-ayat dari Satan pernah diwahyukan kepadanya; Muhammad juga menyiksa orang untuk mendapatkan uang; ia menyerang orang-orang Yahudi yang tidak bersenjata; Muhammad juga menyebabkan anak angkatnya harus menceraikan isterinya sehingga Muhammad dapat menikahi isteri dari anak angkatnya itu (Zainab); Muhammad juga memberitahukan pada orang supaya mereka minum air kencing unta. Dan masih banyak daftar lainnya.”
Qureshi mencoba untuk mengabaikan hal-hal tersebut sebagai sesuatu yang tak dapat dipercaya; tapi bukti-buktinya tak bisa disangkali. “Kisah-kisah ini berasal dari sumber-sumber yang nantinya membangun pondasi historis Islam,” demikian penjelasannya. Akhirnya ia pun berpaling pada Quran, yang jika diinspirasikan, akan membuktikan kenabian Muhammad.
Sejarah Quran sebaliknya membuktikan hal sebaliknya. Muhammad sendiri tak pernah menulis Quran, sebaliknya meninggalkan catatan oral kepada murid-muridnya yang ia percayai.
“Jika Muhammad sendiri menyampaikan kepada para pengikutnya untuk tidak berfokus pada perbedaan-perbedaan, sebaliknya Kalifah Utsman memerintahkan agar Quran distandarisasi,” kata Qureshi. Keempat pria yang disebut Muhammad sebagai guru-guru Quran terbaik “tidak setuju dengan Quran akhir hasil standarisasi Uthman, sementara itulah satu-satunya Quran yang dimiliki Muslim hari ini. Keempat orang ini bahkan saling bertentangan satu sama lain.”
Meskipun bukti-bukti akan kebenaran Kekristenan sangat sulit dibantah, Qureshi masih berdoa agar Tuhan memberikan petunjuk akhir kepadanya, dimana Tuhan sendiri akan menyingkapkan siapa diriNYA pada Qureshi. Ayat-ayat dari Alkitab dan Quran berjanji bahwa Tuhan sendiri akan menjawab doa, jadi ia bergantung pada Firman Tuhan itu. Di sebuah kamar hotel di Orlando, Ia mengakui kurangnya pengetahuan yang ia miliki – “barangkali ini adalah momen paling indah dalam hidup saya” – dan ia mendapatkan sebuah penglihatan, sebuah ladang yang dipenuhi dengan salib.
Qureshi mendoakan 3 mimpi, dan mimpi-mimpi itu hadir. Tiap mimpi memperlihatkan banyak simbol, dimana sebuah teks Muslim justru memimpinnya untuk menjadi orang Kristen. Mimpi lainnya memperlihatkan sebuah perayaan dimana diujung lainnya, ada sebuah jalan yang sempit, dan teman Kristennya, David, mengundang Qureshi untuk datang. Mimpi ketiga memperlihatkan Muslim yang sedang mempertanyakan kebenaran Islam ini tengah menaiki sebuah tangga yang membawanya keluar dari masjid.
Setelah Qureshi menerima Injil, Tuhan menguji imannya, yaitu bahwa ia harus menceritakan apa yang ia alami kepada ibu dan ayahnya. “Barangsiapa mencintai ayah atau ibunya lebih daripadaku ia tak layak bagiKu (YESUS), dan barangsiapa mencintai anaknya laki-laki atau anaknya perempuan lebih daripadaku ia tak layak bagiKu,” katanya mengutip perkataan Yesus dalam Injil Matius.
Murtadnya Qureshi dari Islam sangat menghancurkan hati ayah dan ibunya, namun ia membuat sebuah komitmen dengan sahabat terbaiknya, David, bahwa ia akan tetap mengikut Tuhan meskipun risikonya adalah kehilangan keluarganya.
Dalam penginjilan, katanya, persahabatan adalah hal yang sangat penting. Ia dan David bergabung dengan 2 teman Kristen lainnya dalam sebuah kelompok kecil dimana mereka biasanya “berdoa bersama, puasa bersama, menghapal Alkitab dan saling mengaku dosa satu sama lain.”
Qureshi menambahkan bahwa ia tak akan pernah secara penuh mempertanyakan Islam dan akhirnya menjadi seorang Kristen, tanpa dorongan dari sahabatnya David.
Sumber: buktidansaksi.com