Mencermati Siapakah Jibril – Siapakah Gabriel

Oleh: Ram Kampas

 

Banyak kisah-kisah di dalam Alkitab yang menceritakan sosok dan jati-diri Malaikat Gabriel. Begitu pula tak kurang kisahnya sosok Ruh Jibril itu diceritakan di dalam Al-Quran, baik ucapannya, maupun sepak terjangnya. Tanpa banyak menyidik, orang-orang Muslim umumnya beranggapan bahwa kedua sosok ini sama oknumnya. Dikatakan, Jibril dan Gabriel adalah sama, yaitu Malaikat penyampai wahyu Tuhan, yang satu nama dalam lafal Arab, yang lain dalam lafal Ibrani. Tetapi sebaliknya dengan orang-orang Kristiani pada umumnya – sejak zaman Ahli Kitab dimasa Muhammad hingga sekarang – justru sangat menolak kesamaan kedua oknum tersebut. Mereka tidak melihat dimana kesamaannya, kecuali dimirip-miripkan oleh Muhammad seorang dalam kisah kunjungannya kepada Maria, wanita yang melahirkan Yesus. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa Muslim tidak mempunyai bukti dan saksi apapun tentang klaim kesamaan keduanya! Artikel "WHAT IF Gabriel dan Jibril Saling Asing" jelas telah membuktikan yang satu adalah Malaikat Tuhan, sementara yang lain hanyalah "Malaikat Jadi-jadian" yang dicangkokkan.

Disini, Jibril-Quranik itu akan diuji lebih lanjut terhadap Gabriel-Injili dari pelbagai segi – kualitas, otoritas, dan otentisitas, sehingga Anda pembaca dapat menarik kesimpulan sendiri secara lurus dan mudah "Siapa yang satu", dan "Siapa yang lainnya". Kita batasi kupasan dengan hanya mengambil beberapa contoh perkisahan pada kedua Kitab-Suci (Alkitab dan Quran) yang sudah cukup kaya memperlihatkan perbandingan Gabriel versus Jibril lewat ucapan dan perilaku dari kedua oknum tersebut.

 

KISAH ZAKARIA (Surat Maryam)

"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang (memberi nama?) yang serupa dengan dia" (ayat 7)... Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang (ayat 10,11).

Dalam dua ayat Quran ini saja, sudah tampak ada banyak sekali keanehan wahyu yang jauh dari otentisitas dan otoritas wahyu Tuhan semesta alam, sehingga mustahil ayat-ayat begitu dapat dijelaskan dengan benar dan masuk  akal. 

(1). Pertama-tama diriwayatkan oleh Muhammad bahwa Jibril berwahyu kepada-nya dalam surat ini (Surat Maryam) bahwa Zakaria bukan dikunjungi oleh Jibril, melainkan oleh Allah sendiri, dan ia bercakap-cakap dengan Allah secara langsung. Padahal, mulai ayat 17, pewahyuan kepada Maryam berganti diucapkan oleh hanya seorang "Jibril" (yang berubah jadi laki-laki sempurna) dan bukan lagi oleh Allah. Ada apa gerangan? Tidakkah Maryam sedikitnya lebih layak mendapatkan kunjungan (dan berbicara langsung) dengan Allah ketimbang Zakaria? Bukankah Maryam diberi makanan langsung dari Allah dalam mihrab, dan Zakaria hanya menjadi wali/pemelihara fisik Maryam? (Sura 3:37). Dan tidakkah Maryam telah dipilih oleh Allah sendiri, dan ditetapkanNya sebagai perempuan yang disucikan dan dilebihkan di atas sekalian perempuan lainnya yang ada di dalam alam ini? Bukankah ia bersama Isa Al-Masih dinyatakan sebagai Ayatollah yang sejati? 

BANDINGKAN  dengan apa yang ditulis dalam Alkitab, dimana kedua hamba Tuhan ini (Zakharia dan Maria) dikunjungi oleh Gabriel yang sama! Justru kunjungan Gabriel kepada Zakharia ini (untuk kabar baik tentang kedatangan Yahya) dipakai sebagai pembuka dan penyaksi bagi kedatangan Kabar Baik yang sejati lewat Maria, yaitu Yesus! (Sura 3:39; Yohanes 1:34). Ahli Kitab tahu bahwa Jibril rupa-rupanya gagap, serba-salah, dan keliru ketika menceritakan kisah dirinya kepada Muhammad, sehingga tercetuslah ayat yang asal jadi bahwa Allah-lah yang mengunjungi Zakharia, sementara Jibril-lah yang berurusan dengan Maryam!

(2). Jibril mengatas namakan Zakaria yang telah menjadi bisu itu untuk mengisyaratkan kepada kaumnya, "hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang". Dan para pembaca yang kritis segera akan melihat bahwa seruan Zakaria semacam ini adalah seruan sempalan yang semata-mata dicangkokkan oleh kenabian Islamik yang Arabik itu ke dalam agama Yudaisme. Sebab Anda tak akan menjumpai dalam kitab-kitab Yahudi tentang aturan Tuhan Yahweh yang menyerukan doa tasbih dua kali sehari, pagi dan petang! Nabi Daniel yang pernah dikunjungi oleh malaikat Gabriel justru selalu berdoa 3x sehari (Daniel 6:11). Para ahli, Muslim dan Non Muslim, sama mengetahui bahwa pada awalnya Muhammad tidak tahu persis bagaimana harusnya menyelenggarakan shalat Islam sehari-hari. Dia yang ummi, pasang mata dan telinga memperhatikan bagaimana agama lain meritualkan doa mereka masing-masing. Tetapi hasil dengar-dengarannya sering terbukti salah dan tidak tepat.

Dan ini adalah salah satunya, dimana dia mengira orang-orang Yahudi bertasbih 2x sehari, pagi dan petang. Itu pula sebabnya kenapa Quran juga menyatakan keharusan shalat  di pagi dan petang (Sura 48:9), serta terus mengambang dalam ketiadaan praktek liturgi shalat yang teratur seperti yang disebutkan dalam Sura 73:20, "Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam atau setengahnya atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang bersamamu." Sehingga ibadah shalat terus bergeser menuju shalat 3x sehari (2 tepi siang dan 1 malam dalam Sura 11:114), sekalian  mencari-cari bentuknya yang tepat, termasuk mengubah duha (setelah matahari terbit) untuk diganti dengan shalat fajar sesaat sebelum matahari terbit. Juga menyuruh ruku’ (Sura 2:43, 22:77, 77:48 dll), yang dirangkaikan dalam bersujud (Sura 15:98, 25:64, 48:29).

Namun dimanapun yang dipersaksikan dalam Quran, waktu shalat yang diwajibkan itu tidak pernah berubah menjadi LIMA-waktu seperti yang kelak dimitoskan dalam periwayatan Hadis tentang Israa’-mikraj.  Para pakar Islam mencoba mencari pijakannya dalam Quran, dan mereka memaksakan diri untuk memunculkan "azaz" 5 waktu shalat  itu dari ayat yang satu ini, Sura 17:78,

"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." Tetapi ada pula pihak-pihak lain yang justru melihatnya sebagai shalat dua-waktu, atau shalat tiga-waktu. Bahkan ini mungkin sekali sudah termasuk shalat wustha yang tidak diberi kejelasan waktu khusus (lihat Sura 2:238, yang dianggap sama dengan shalat ashar dalam HR.Muslim).

Oleh karena itu, tidaklah pantas bila ada pihak yang memutlakkan tambahan ekstra shalat yang tidak diwajibkan oleh Quran, kecuali mereka memilih Hadis sebagai otoritas tertinggi Islam. Sebab sekalipun katakanlah hal itu disebut dalam Quran, namun ia tidak selalu mutlak berkaitan dengan wajib shalat menurut spesifikasi waktu yang ditetapkan.

Dalam ketiadaan kepastian, sempat diamalkan oleh Abdullah Chakrawali dan Khwaja Ahmad Din dan para pengikutnya dengan tafsiran paling longgar terhadap shalat – yaitu sebanyak EMPAT waktu shalat dalam sehari. (lihat A. Chakrawali, Burhan al-Furqan ‘ala Shalat al-Quran, p.7-8). Kelompok Inkar-Sunnah kini justru makin vokal berkata: "Kami tidak mengimani apa-apa yang tidak ada dalilnya dalam Quran. Shalat 5 kali sehari hanyalah syariat buatan manusia". Namun syariat itulah yang disepakati komunitas Muslim dalam demam religi-nya yang memuliakan dongengan Mikraj, padahal lagi-lagi peristiwa Mikraj ini tidak sedikitpun disinggung oleh Quran! Aneh, bukan? Lalu bagaimana kita memahami fenomena yang mungkin salah kaprah ini? Ya, kita semua tahu bahwa warna bisa dilihat, dan rasa bisa dirasakan, tetapi manusia sering tergoda lebih jauh lagi. Mereka mau melihat rasa, dan merasakan warna! Dan itulah yang oleh para ahli disebut sebagai "kesalahan dimensional" dari manusia yang tersihir. 

(3). Kemustahilan lainnya dari kisah Jibril adalah bahwa Allah hanya menghukum Zakaria untuk bisu selama 3 hari saja. Padahal hukuman ini bersangkut paut dengan ketidak-percayaan seorang Zakaria (yang Nabi) yang sudah berulangkali meminta agar Allah memberinya seorang anak. Dan tatkala Allah datang dan memberinya anak, Zakaria malah masih minta tanda tetek-bengek dengan mengabaikan TANDA TERBESAR dihadapannya, yaitu kehadiran Sang Allah sendiri yang bercakap-cakap dengan dirinya! Ini jelas bukan kualitas kenabian, melainkan kualitas seorang "kafir" yang melecehkan iman terhadap Allah yang ada di depan matanya. Ia seharusnya dihukum berat (dalam Alkitab, Zakharia dihukum 9 bulan, sampai dengan kelahiran anaknya Yahya terjadi sesuai dengan janji Tuhan). Bagaimanapun, bisu selama tiga hari hanyalah klaim Jibril yang asal-jadi (tanpa saksi) yang membodohi Muhammad dan orang-orang yang tidak mengenal Injil. Tetapi Alkitab berkata dengan cermat di atas bukti dan saksi, bahwa segala peristiwa itu menjadi buah tutur para saksi mata di seluruh pegunungan Yudea, dan itu tak mungkin terhapuskan kebenarannya oleh spekulasi dan ulah Jibril dan Muhammad:

"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet (istri Zakharia) untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,  tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes (Yahya)." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya (yang masih bisu) untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea." (Lukas 1:57-65).

Dimana-mana kita selalu menyaksikan satu fenomena klasik: Menghadapi suatu isu yang tak terterobos oleh argumentasi Islamik, Muslim hanya bisa main lempar tuduhan bahwa Alkitab orang Kristen dan Yahudi itu korup dan tak bisa dijadikan pegangan. Itu adalah argumen yang paling primitif dan memalukan, dimana diulangi kembali cara-cara Utsman bin Affan yang hanya mau merujukkan Mushaf-nya sendiri sebagai "kebenaran tunggal" sambil menolak mushaf-mushaf primer selainnya, yaitu bukan dengan tuduhan, tetapi dengan perintah memusnahkannya! Tetapi ingat bahwa keluarga Zakharia bukan kelompok orang-orang jahat yang mau mengubah tanda "bisu 9 bulan" menjadi "bisu 3 hari". Tak ada kepentingan bagi para saleh untuk mengubah TANDA Allahnya, dan mustahil kisah turun temurun yang sebegitu dahsyat mau diubah menjadi bentuk tanda yang lebih lemah dan sederhana, semacam "syok 3 hari gagu, tidak bisa bicara".

Jangan lupa bahwa "tanda 3 hari itu" bukan juga tanda bahwa Elisabet itu pasti sudah mengandung. Tetapi "tanda 9 bulan" adalah benar tanda disepanjang proses pembuktian kehamilan sebagaimana yang telah dijanjikan. Itulah tanda sejati yang tidak asal-asalan-jadi tanpa bukti! Dan jangan juga lupa, bahwa masih ada Maria sebagai benteng pembuktian terakhir. Celakanya, bukti ini sengaja dikosongkan oleh Jibril dan Muhammad sama sekali. Mari kita lihat.

Dalam maklumat Gabriel kepada Maria, ia meneguhkan otoritasnya dengan memberitahukan sesuatu yang tersembunyi, "Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu" (Lukas 1:36). Atas pemberitahuan yang berotoritas ini, Maria pergi mengunjungi Elisabet, "Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet" (Lukas 1:39-40). Di sana Maria hanya berbicara dengan Elisabet, dan tidak tercatat ia berbicara apapun dengan "wali-nya" Zakaria (yang menurut Jibril sudah tidak bisu lagi setelah 3 hari). Jadi bagaimanakah Muslim menyikapi "kesempurnaan" pewahyuan seorang Jibril yang tidak SEKALI-PUN memberikan bukti dan kredensinya dalam Quran, apalagi dalam dongeng-dongeng Hadis. Inilah yang terjadi tatkala suatu kebenaran ilahi dicatut atas nama Allah! Dan inilah yang dipercayai Muslim tanpa menyidik lebih jauh siapa Jibril, dan siapa Gabriel!

(4). Jibril Quranik menghadapi satu dilema besar disini karena terlanjur menyampaikan wahyu asal-jadi yang tidak mungkin bisa diterima, apapun tafsirannya dicoba untuk diplintirkan! Yaitu menyangkut ayat 7 yang saling bertentangan ketika diterjemahkan oleh Depag dan Disbintalad berturut-turut, yang satu merujuk kepada "orang", yang lainnya merujuk kepada  "nama orang":

"Sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia".

"Belum pernah Kami memberikan nama seperti itu sebelumnya".   

Kedua wahyu (atau tafsiran wahyu) ini adalah "salah kaprah" semuanya! Karena memang tidak mungkin ada dua orang di dunia ini yang pernah Tuhan ciptakan serupa. Dan sebaliknya, juga tidak mungkin untuk Tuhan memberikan satu-nama yang sama kepada dua NabiNya yang berbeda! Ini akan menempatkan Allah dalam keterbatasan kreatifitas dan pilihan, sekaligus sebagai lebih kerdil daripada Adam, yang justru mampu memberikan nama yang berbeda kepada setiap binatang-binatang yang berbeda spesies-nya. Bagi Tuhan, nama yang Dia berikan kepada DiriNya atau kepada seseorang lainnya adalah merujuk kepada keseluruhan pribadi dari sosok tersebut yang selalu melekat, unik dan satu-satunya. Maka pengumumanNya seperti di atas sungguh menjadikan ayatNya sekaligus redundant, mubazir, tidak memberikan makna dan bobot pewahyuan, kecuali kenaifan yang primitif!

Sebagian Sarjana Islam merasa risi, dan mencoba mengartikan ayat itu sebagai penganugrahan nama khusus unik bagi Yahya (Yohanes). Tetapi mereka tidak mempunyai bukti apapun dari sumber Islam/Arabia sendiri. Dan ketika hendak dicarikan dari sumber Israel, maka mereka lagi-lagi terjebak karena nama tersebut ternyata bukan nama baru/unik samasekali dikalangan Israel, melainkan sudah pernah dipakai duluan oleh orang yang lebih tua dari Yohanes, yang dikonfirmasi oleh Yesus sendiri. Si Yohanes tua itu adalah ayahnya Simon Petrus sendiri! (lihat Yohanes 21:15). Alkitab mengatakan secara faktual bahwa nama Yohanes (Yahya) itu hanyalah nama asing/baru dikalangan INTERN keluarga besar Zakharia: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Tetapi agaknya kepergok disini bahwa Jibril/Muhammad salah mendengar kisah Zakaria ini (yang diucapkan secara oral berantai dari mulut kemulut), sehingga salah menangkapnya seolah-olah Tuhan-lah yang meme-teraikan sebuah nama baru yang sebelumnya tidak ada duanya di dunia! Jadi betapa gegabahnya apa yang disebut pewahyuan purna-sempurna dari seorang Jibril Quranik!

 

KISAH MARYAM (Surat Maryam)

Pembuktian tentang inferioritas Jibril (versus Gabriel) dalam maklumatnya kepada Maryam ini sudah dipaparkan secara telak dalam artikel yang lain dalam seri WHAT IF...

Kita tidak akan memapar ulang lagi kekonyolan maklumat Jibril disini, yang datang tidak memberi salam, dan yang pergi tidak meninggalkan pamit. Malah Jibril tidak mendeskripsikan Subyek & Obyek dari sang anak yang (akan) harus dilahirkan oleh Maryam, padahal terdapat kerisauan dan ancaman nyata atas dirinya: penistaan dan penghukuman rajam karena ia bunting tanpa suami!

Dalam kupasan ini, hanya akan ditambahkan sedikit fakta lain yang sering terlewatkan oleh ke-masa-bodoan/ketidak-kritisan Muslim. Fakta-fakta tersebut kami jejerkan di samping setiap ayat sumir (atau yang tak masuk ke akal) yang Jibril turunkan ke dalam Quran:

22. "Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri dengan kandungan-nya ke suatu tempat yang jauh". [Tampak Jibril/Muhammad buta geografi, dan buta akan pemeliharaan total dari Tuhan. Maryam tidak mengasingkan diri ke tempat yang asing baginya untuk bersembunyi karena merasa "berdosa" dengan beban kehamilannya yang tanpa suami. Tetapi Maria justru berjalan menuju sebuah kampung pegunungan di Yehuda yang dikenal baik olehnya, yaitu mengunjungi rumah Elisabet, istri Zakharia. Dia mau bersharing suka-cita dengan Elisabeth, karena tahu berkat Tuhan yang istimewa dilimpahkan lewat kehamilan keduanya! Maria (dan Elisabet) tidak punya beban apapun kecuali bangga dan bahagia di dalam kasih dan rencana Tuhan yang disadarinya!].

23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan" [Maryam – perempuan pilihan Allah SWT diatas semua perempuan yang ada di dalam alam – mungkinkah bermental lebih rendah daripada orang tak beriman, sehingga memilih mati dan dilupakan karena tak tahan menderita sakit dan tidak tahu akan janji dan panggilan Tuhan? Ini bertolak belakang dengan ayat di Alkitab dimana ia justru bersyukur atas pilihan Tuhan kepada dirinya, sehingga ia berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu (Gabriel) itu."]

24-26. Maka (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,  maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.”

[Jibril muncul lagi? Kali ini dalam bentuk suara yang tidak menawarkan solusi yang tepat bagi Maryam. Maryam yang kesakitan dan bingung menghadapi proses melahirkan anak, dikira Jibril bahwa ia itu kelaparan dan bersedih hati, lalu ditawari makanan dan minuman dan bersenang-senang. Inilah semacam "sakit di perut, ditempeli obat di pantat". Jibril-ajaib ini sungguh tidak mempunyai sensitifitas dan kapasitas sebagai utusan Allah yang handal.]

28. "Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina". [Kesalahan yang konyol dari seorang penyampai wahyu. Dimanapun, Maryam tak pernah mempunyai Harun sebagai saudara. Jibril/Muhammad buta silsilah dan mencampur adukkan Miryam (saudara Musa dan Harun) dengan Maryam anak Eli (atau di Quran disebut anak Imran). Harun dari suku Lewi, dan Maryam dari suku Yehuda dengan beda masa ribuan tahun diantara keduanya, tidak pernah dirujukkan dalam tradisi Ibrani sebagai SAUDARA! Itu hanya kreatititas Jibril/Muhammad yang kebablasan, hasil dengar-dengaran yang diklaim sebagai wahyu!]

30-33. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab...dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;...Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

Pertama-tama, Jibril hanya bisa mengakali orang-orang kafir Arab, tetapi orang-orang Nasrani (dan juga Yahudi) tahu persis bahwa Yesus justru membaca Alkitab orang Yahudi di rumah-rumah ibadat (Lukas 4:16 ff). Ia tidak diberi Alkitab oleh Tuhan Elohim seperti yang dibelokkan oleh Jibril secara licik. Ia juga tidak pernah berwudhu, berkiblat, bershalat, bertakbir, bershalawat-nabi, ber-al-Fatihah ria dll. Dia bukan Islam atau Muslim seperti yang di-retorika-kan oleh Muslim yang satu dan dipercayai oleh Muslim yang lain. Bila benar, tentu sejarah menjadi lain samasekali, dan Ia pasti telah mengajarkan dan mewariskannya kepada para muridnya secara historis. Yang diajarkannya tentang "shalat" justru sangat berlawanan dengan bisikan Jibril dan ajaran Muhammad, yang akan kita sajikan di bawah nanti.

Kedua, Jibril memutar-balikkan posisi Yesus dengan beraninya. Yesus tidak pernah berdoa semoga mendapat kesejahteraan atau keselamatan untuk dirinya, seperti halnya yang dilakukan oleh Muhammad. Sebaliknya Dia-lah sumber sejahtera yang memberikan kesejahteraan yang sejati: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28). Tidak ada manusia yang berani berkata demikian di dunia yang penuh dengan derita dan air mata. Tidak ada yang mampu Tetapi Dia membuktikannya dengan selalu memberi berkat dan pemulihan kepada siapa yang dikunjungi atau yang mengunjunginya dalam kegelisahan akan kebenaran. Dia tidak datang dengan golok dan nafsu berahi untuk merampas kekayaan atau wanita cantik. Dia tidak memaksakan "agamanya" atau melaknat musuhnya, Dia datang untuk mencari yang tersesat dan yang terhilang.

Dan akhirnya, apa yang Jibril maksudkan dengan ayat yang dibisikinya atas nama Isa disini: (Peace on me) pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali? Apanya yang "Peace" bilamana semua keberadaan Isa dibingungkan oleh Jibril sendiri? Harap diingat bahwa Jibril telah mengacaukan kisah keberadaan Isa dengan seorang "Isa-Isa-an" yang katanya diserupakan oleh Allah demi menipu-daya semua orang-orang Yahudi (Sura 3:54 dalam kaitan dengan Sura 4:157). Akibatnya ayat "peace" diatas kini menjadi pusat perbantahan diantara cerdik-pandai Muslim sendiri. Ayat yang sederhana dan secara linier menggariskan waktu kehidupan Isa – lahir-mati-bangkit - kini ternyata menjadi rumit karena diinterupsi oleh penyangkalan kematian Yesus di atas kayu salib! Akibatnya garis linier itu harus dibelokkan menjadi urutan yang berbeda samasekali, padahal ia adalah garis linear hasil kata-kata ulangan Jibril yang sama yang dikenakan kepada Yahya dalam ayat 15! Ya, perhatikan belokannya yang tidak tercari dalam wahyu (alias dongeng, dan kisahnya akan berbeda lewat sumber yang berbeda pula):

  • LAHIR (dengan unsur surga: Kalimat dan Roh Allah, Sura 4:171).
  • TIDAK JADI MATI (tetapi diangkat ke surga, Sura 4:158).
  • TURUN KE BUMI KEMBALI (sebagai Yesus Muslim, entah kapan/bagaimana).
  • MENEGAKKAN KEBENARAN ALLAH (sebagai hakim yang adil, membunuh babi, menghancurkan salib, meredakan peperangan, memuat harta benda melimpah (Shahih Bukhari 4/343, 6/356). Dan Isa akan mengadili menurut hukum Islam...semua orang diharuskan untuk memeluk Islam dan tidak akan ada pilihan lain (Shahih Usmani, p.59). Rasulullah SAW bersabda, "Isa bin Maryam turun dengan membenarkan Muhammad atas agamanya, lalu membunuh Dajjal, kemudian itu tidak lain merupakan tanda hari kiamat" (Musnad Imam Ahmad, 3/13).
  • WAFAT SUNGGUHAN, KEMUDIAN DIBANGKITKAN, DAN NAIK SURGA? (Sura 3:55?). Tak ada yang tahu dan berani bertanggung jawab atas Yesus Muslim yang satu ini!                                                   

Kembali kepada apa yang diajarkan Yesus Kristus (bukan Yesus Muslim) tentang "shalat" yang justru sangat berlawanan dengan bisikan Jibril dan ajaran Muhammad, baik dalam tata-cara, lokasi ruang, maupun dalam konten doa dan sikap hati. Yesus berkata:

"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.  Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). 

"Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.  Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan" (Matius 6:6-7).

Doa dan penyembahan kepada Tuhan yang adalah ROH, bukan ditentukan oleh kiblat fisik, atau oleh tempat di Yerusalem atau Mekah (yang dianggap penuh berkat?), cara berulang-ulang dan bertele-tele; melainkan melakukannya dengan penuh keheningan (tidak terganggu), dalam kekudusan/kebenaran demi mempertalikan hati dan roh kita dengan Roh Tuhan! Dan doa semacam itulah yang akan sampai kepada hadiratNya untuk mendapatkan balasan-Nya! Banyak teman Muslim kurang tahu akan "rahasia" ini. Tuhan Yang Sejati pada dasarnya ingin memberi. Itu sebabnya Ia disebut Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang sayangnya tidak dijabarkan dengan cukup dalam teologi Islam. Tetapi Yesus telah memberi contohnya dengan memberi dirinya. Bahkan Dia memberi kepada yang pantas sebelum kita meminta.

Ia berkata: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu" (Yohanes 14:27). Renungilah, dan datanglah kepadaNya!